Hy friends.. \(^▿^)/
Gimana kabarnya? Lama nih aku nggak nge-post :D. Pada postingan kali ini aku
akan membagikan sinopsis novel karya Tere Liye. Siapa disini yang fansnya Tere
Liye? Ayo unjuk gigi! *lhoh?
Tere Liye ini adalah penulis favoritku guys, karena setiap tulisannya bagiku selalu menginspirasi, sarat makna dan gaya bahasanya itu loh yang paling aku suka :D. Pertama kali aku suka dengan tulisan Tere Liye yaitu ketika aku kelas 8 (SMP). Ketika itu guru B. Indonesiaku memberi tugas untuk menulis sinopsis novel. Sebenarnya saat itu aku tidak tahu-menahu tentang novel terbaru, novel best seller, penulis dengan karya-karya terbaiknya dan lain-lain. Untunglah ada sahabatku yang kutu buku, yang juga memiliki banyak novel. Ketika sahabatku membawa banyak buku ke sekolah aku langsung tertarik dengan novel karya Tere Liye ini, karena dari judulnya saja sudah bagus (menurutku). Dan ternyata memang benar, novel ini sangat menginspirasi. Meskipun novel ini sebenarnya adalah adaptasi dari kisah inspirasi "Hellen Keller" namun tulisan dalam novel ini tetap menarik.
Itulah sedikit testimoniku tentang penulis ini.
Selamat Membaca :)
Tere Liye ini adalah penulis favoritku guys, karena setiap tulisannya bagiku selalu menginspirasi, sarat makna dan gaya bahasanya itu loh yang paling aku suka :D. Pertama kali aku suka dengan tulisan Tere Liye yaitu ketika aku kelas 8 (SMP). Ketika itu guru B. Indonesiaku memberi tugas untuk menulis sinopsis novel. Sebenarnya saat itu aku tidak tahu-menahu tentang novel terbaru, novel best seller, penulis dengan karya-karya terbaiknya dan lain-lain. Untunglah ada sahabatku yang kutu buku, yang juga memiliki banyak novel. Ketika sahabatku membawa banyak buku ke sekolah aku langsung tertarik dengan novel karya Tere Liye ini, karena dari judulnya saja sudah bagus (menurutku). Dan ternyata memang benar, novel ini sangat menginspirasi. Meskipun novel ini sebenarnya adalah adaptasi dari kisah inspirasi "Hellen Keller" namun tulisan dalam novel ini tetap menarik.
Itulah sedikit testimoniku tentang penulis ini.
Selamat Membaca :)
Pengarang :
Tere Liye
Penerbit :
Republika Penerbit
Kota terbit :
Jakarta
Tahun terbit :
2011
Jumlah halaman : 306 halaman
D
|
ilereng bukit
yang tenang dan tidak padat penduduk itu terdapat sebuah rumah yang besar,
indah dan mewah. Benar saja, karena memang penghuninya adalah orang yang sukses
dalam menjalankan bisnisnya dan dikenal sebagai keluarga yang baik namun
malang, yaitu keluarga HK. Putri mereka baru berumur 6 tahun. Ia bernama
Melati. Ia sungguh menggemaskan. Tubuhnya gendut, pipinya tembam, rambutnya
ikal mengombak, matanya hitam legam seperti buah Leci, senyumnya membuat
kegiatan disekitarnya terhenti. Sayangnya, takdir menyakitkan telah menimpanya.
Semenjak kejadian tiga tahun yang lalu, yaitu ketika mereka berlibur ke Pulau
Mikronesia. Melati anak semata wayang mereka yang tengah asyik bermain pasir
dan berlari tiba-tiba kepalanya terhantam oleh piringan terbang merah. Sejak
siang itu ketika mereka akan pulang, keterbatasan Melati mulai datang. Matanya
mulai buta. Dan seminggu kemudian ketika matanya diperiksa ke dokter, ia mulai
tuli sekaligus bisu. Benar-benar menyakitkan mendengar kabar ini. Dan semua itu
belum cukup bagi Melati. Melati kehilangan pengetahuan yang telah ia pelajari
selama ini, bak bayi kecil. Setiap hari ia merajuk, melempar segala benda yang
ada didekatnya. Ia sebenarnya frustasi. Hidupnya hanya gelap, sepi, senyap. Otaknya
hanya dipenuhi dengan rasa ingin tahu. Bagaimana caranya agar ia bisa mengenal
dunia sempurna? Berpuluh-puluh dokter dan psikiater ternama telah mengatasi ini
semua, namun sia-sia. Meskipun melelahkan Bunda HK tidak berhenti berharap.
Bukan berharap Melati mendapat kesembuhan, melainkan berharap agar putrinya
dapat menemukan cara untuk mengenal dunia sempurna.
Usaha
mereka tetap berjalan. Mereka menemukan orang baru. Dia bukan dokter maupun
psikiater. Dia adalah pemuda yang dikenal orang-orang bagai malaikat dimata anak-anak, pembuat keajaiban. Dia telah
membangun belasan Taman Bacaan untuk anak-anak. Dia melakukan semua ini karena
dia sadar bahwa, janji kehidupan baik dimasa mendatang dipegang oleh anak-anak.
Dia adalah Karang!! Bunda HK mengirim surat kepada Karang, memohon agar
datang dan membantu putrinya itu. Namun, sampai kepada surat yang ke-tujuh
Karang tak kunjung datang. Akhirnya Bunda memutuskan datang sendiri ke rumahnya.
Dan sungguh tak disangka. Pemuda yang ada dihadapannya itu jauh dari kesan
malaikat dimata anak-anak. Benar-benar seperti preman terminal bus! Tabiatnya
kasar, bahkan dikamarnya itu bunda mendapati botol-botol minuman keras. Hidupnya
bak Kalong. Malam hari ia keluar rumah untuk membeli bir. Siang hari ia
habiskan untuk tidur. Sebenarnya Karang telah berubah semenjak kejadian tiga
tahun yang lalu. Saat ia mengajak anak-anak Taman Bacaan untuk berwisata air,
melihat indahnya lautan. Sayang, sore itu tiba-tiba badai datang. Hingga kapal
berkapasitas 40 orang itu terbalik, membuat 18 nyawa anak-anak melayang.
Meskipun tidak ada yang menyalahkan Karang, ia tidak mau kejadian serupa
terjadi kembali. Ia meninggalkan Taman Bacaan. Meninggalkan anak-anak..
Apakah alamat
yang dituju keliru? Bunda tetap berharap banyak dari Karang. Dan bunda
menceritakan segala masalah tersebut. Karang hanya terdiam. Sampai beberapa
hari, Karang masih memikirkan hal tersebut. Akhirnya Karang memutuskan untuk
datang ke rumah keluarga kaya tersebut. Namun setelah sampai di rumah itu Tuan
HK tidak yakin Karang bisa merubah putrinya. Ia diberi kesempatan, ia
diperbolehkan menginap di rumah ini selama seminggu. Jika tidak ada kemajuan,
Karang harus meninggalkan rumah ini. Baru sampai hari kelima ia harus
meninggalkan rumah ini. Salamah, pembantu rumah ini menemukan botol minuman
keras dikamar yang Karang tempati dan melaporkan kepada Tuan HK. Ia amat
membenci pemabuk dan akhirnya mengusirnya. Tetapi bunda mencegahnya, dan
memohon pada Tuan HK untuk memberi kesempatan sampai dua hari kedepan. Dan
lagi-lagi Tuan HK mengalah pada istrinya. Dan setelah dua hari terlewati Tuan
HK pergi ke Frankurt selama 21 hari untuk urusan bisnis, ia bisa pergi dengan
tenang karena ia mengira hari ini Karang sudah tidak lagi ada di rumahnya.
Tapi, ia keliru. Bunda membohonginya..
Selama
tuan HK pergi Karang telah memberi kemajuan pada Melati. Tetapi, Melati belum
menemukan cara untuk mengenal dunia. Dan kini tinggal 1 hari yang tersisa.
Namun, amat sangat mengejutkan. Saat semua penghuni rumah ini sarapan di ruang
makan, tiba-tiba Tuan HK datang. Tuan HK memang sengaja pulang lebih cepat,
untuk memberi kejutan. Saat Tuan HK melihat Karang, seketika ia langsung marah.
Ternyata selama ia pergi semua membohonginya. Bunda mencoba menenangkan Tuan
HK, tetapi tidak menghiraukan. Ia hanya berteriak-teriak mengusir Karang. Ia
mencengkeram kerah sweater Karang. Bunda menjelaskan perubahan yang telah
Karang lakukan untuk Melati. Kini Melati bisa makan dengan sendok dan duduk
dikursi, sambil menunjuk Melati yang sedang makan dikursi. Kursi itu kosong.
Melati? Melati tidak ada. Semua keadaan berubah, semua panik. Sampai-sampai
Salamah pingsan, takut. Takut kejadian dulu terulang. Saat semua sibuk mengurus
bunda yang tengah sakit, Melati hampir loncat dari teras lantai dua rumah ini.
Karang menoleh cepat kesegala arah. Karang melihat pintu menuju taman terbuka.
Karang bergerak cepat menuju taman. Bunda mengikuti dari belakang dan Tuan HK
yang sedang bingung mengikuti langkah istrinya. Melati sudah duduk di hamparan
rumput taman. Persis di sebelah air mancur tempat burung Gelatik biasa mandi.
Tangannya terjulur ke arah air mancur berbentuk tiara bertingkat lima itu. Wajahnya
menyeringai senang. Karang bergegas mendekat. Tiba-tiba ia bisa merasakan apa
yang sedang ada dikepala Melati untuk kesekian kalinya. Keajaiban, keajaiban
Tuhan berkenan untuk datang! Disaat gerimis indah membasuh kota. Saat berjuta
kebaikan-Mu turun membasahi bumi. Kebaikan satu malaikat untuk setiap tetes air
hujan. Tuhan berbaik hati mengajarkannya
kembali mendengar, melihat, berbicara. Caranya itu! Melalui telapak tangan
Melati. Melalui tangannya itulah pengetahuan melesat kekepalanya. Karang
merengkuh tangan Melati yang satu, yang tidak terjulur. “A-i-r!” Karang menulis
huruf demi huruf ditelapak tangan Melati. Dan sekali lagi melakukannya. Karang
mendekatkan tangan Melati kemulutnya dan berkata dengan suara bergetar
“A-i-r....”
“Ba-aa-aaa....”
Ia menirukan dengan nada yang sama. Ia tersenyum riang, senyum utuh setelah
sekian lama terkungkung oleh rasa frustasi dan ingin tahu. Kini ia telah
mengenal Bunda, Ayah dan juga Karang. Ia bisa merasakan kehadiran mereka.
Karang menyeka matanya, berbisik terima kasih, Tuhan! Semua ini tak pernah
terbayangkan oleh Bunda sebelumnya. Perasaan bahagia, senang, haru, tangis,
tawa. Buncah jadi satu. Tuan HK juga urung marah. Melati sekarang tahu ia bisa
mengenali benda lewat tangannya. Dan ia tahu, apapun yang menyentuhnya tidak
berbahaya, dan benda yang ia pegang bukan untuk dilempar. Dan siang itu Melati habiskan
untuk bertanya. Apapun benda yang ia pegang ia akan menoleh ke Karang,
bertanya. Perkembangan Melati sangat mencengangkan. Dalam satu hari ini,
tingkat pertanyaannya naik, tidak lagi apa, naik ke level berikutnya. Dan kini
yang berubah bukan hanya Melati. Karang pun berubah seperti dulu, sebelum
kejadian tiga tahun yang lalu.
Hari-hari
telah berlalu, hingga Karang harus pergi meninggalkan Melati. Dan ini pertama
kali Melati tahu kosakata pergi dan itu langsung menyakitkan. Ia harus kembali
ke Ibukota bersama kekasihnya dulu, Kinasih. Ia akan kembali merajut cerita.
Meskipun Melati anak pertama yang ia tangani setelah kejadian tiga tahun yang
lalu, tetapi bukan juga anak terakhir yang berhak mendapat janji masa depan
yang lebih baik bukan? Masih banyak anak-anak yang membutuhkan Karang. Bunda
bisa menjadi guru yang baik bagi Melati. Bunda akan belajar banyak, bersamaan
dengan Melati belajar. Melati benar-benar marah, bahkan Melati pura-pura tidak
bisa berkomunikasi lagi. Namun keputusan ini sudah bulat. Akhirnya Melati bisa
menerima ini semua.
Saat
ini bunda sedang menidurkan Melati, dengan memberikan dongeng yang indah. Bunda
kira Melati sudah tidur. Ia melangkah keluar dari kamar Melati dengan sangat
perlahan. Tiba-tiba Melati memanggilnya. Ia menggerung pelan “Baaa, maaa....
Baa.... Maa....”
Dulu Bunda
selalu bermimipi putri semata wayangnya akan menyebutkan kalimat indah itu.
Bahkan ia kemudian membencinya karena seluruh sisa pengharapan sepertinya akan
berakhir sia-sia. Tapi, malam ini tidak lagi. Bunda mendekap erat-erat tubuh
malaikat kecil-nya. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Terima kasih, ya
Allah! Mungkin kami tidak akan pernah mengerti dimana letak keadilan-Mu dalam
hidup. Karena kami mungkin terlalu bebal untuk mengerti. Tapi, kami meyakini
satu hal. Engkau sungguh bermurah hati. Engkau sungguh Maha Pemurah atas seluruh
hidup dan kehidupan. Lihatlah anak berumur enam tahun yang buta, tuli sekaligus
bisu, yang seolah-olah dunia terputus darinya. Baru saja mengatakan kalimat
indah itu!
“Bunda
met bobo, juga.... Moga bunda disayang Allah....”
Kasih tulisan gini dong...
BalasHapus'Aku pinjem buku ini dari temenku'
heheheh :p
bercandaa ._.v
wkakwkakwkakk :p
Hapus